Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan

PORTAL INFOKOM – Musibah hilang kontaknya maskapai Air Asia QZ8501 di Selat Karimata, Kotawaringin Barat, pada Minggu (28/12) lalu menyita perhatian masyarakat, tak terkecuali sampai ke internasional. Seluruh media hampir setiap hari selalu mengawal pemberitaan mengenai perkembangan terbaru mengenai AirAsia QZ8501.

Atas ramainya pemberitaan AirAsia QZ8501, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menyebut ada pihak-pihak yang diuntungkan dalam musibah tersebut. Jonan lantas menyebut media menjadi salah satu pihak yang diuntungkan.

“Kalau sekali terjadi kecelakaan, pasti di media akan ramai sekali. Kalau sekali kecelakaan ramainya minta ampun, yang paling untung media. Ada berita senang media untung, ada kecelakaan media lebih untung lagi, karena yang sana iklan sini iklan. Iklannya dapat banyak,” sebut Jonan di kantornya, Selasa (6/1) petang.

Terkait dengan tanggung jawabnya, mantan Dirut PT KAI ini kembali menegaskan pihaknya tak akan segan mencopot siapapun pihak yang harus bertanggungjawab dalam menjalankan tugasnya.

“Ya nggak peduli, kalau ada kecelakaan di laut (petugas yang berwenang) ya ganti, di pesawat juga begitu. Lebih baik nggak pernah berangkat daripada pergi nggak pernah sampai. Keselamatan itu bukan untuk main-main,” tegas Jonan. (chi/jpnn)

Menanggapi sikap Menteri Perhubungan tersebut, membuat Ketua Umum BINA BANGUN BANGSA perlu memberikan pernyataan untuk mengingatkan kepada pak Menteri sebagai pimpinan yang bekerja dan digaji oleh negara, agar memberikan tauladan yang baik kepada publik, apalagi jabatan pak Menteri yang sementara itu, adalah sangat berkaitan dengan segala urusan pelayanan, yang seharusnya mengedepankan budaya pelayanan publik yang berkharisma dan beretika.

“Kenapa ya zaman sekarang banyak orang pintar tapi kurang secara attitude ?”, kata Nur Ridwan.

Menurutnya seorang yang memiliki jabatan publik jangan sembarangan dalam berkata dan atau berperilaku seperti layaknya seorang bos dalam sebuah perusahaan, karena ini semua berkaitan dalam tata pemerintahan dalam suatu negara yang milik semua dan berhubungan dengan berbagai kepentingan, bukan milik perseorangan apalagi dijalankan secara ego pribadi yang semaunya saja.

Lagipula untuk memperbaiki manajemen dalam suatu kementerian urusan publik, bukanlah dengan cara arogan dengan ancaman pecat-memecat serampangan, karena semua harus melalui aturan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, daripada nanti malah dituding sebagai pimpinan yang arogan dan otoriter, yang suka bertindak intimidatif dan atau diskriminatif terhadap para bawahannya.

Dan aspek penilaian terhadap suatu kinerja dan kepemimpinan bukanlah karena didasarkan oleh banyaknya staf dan karyawannya yang salah dan banyak diganti. Tetapi pimpinan yang berhasil baik adalah yang mampu membawa perbaikan manajemen dan menciptakan iklim pekerjaan yang kondusif bagi seluruh personelnya, serta membawa hasil dan manfaat yang positif kepada publik dan lingkungannya.

“Tentang Keselamatan itu bukan untuk main-main, ya saya sangat setuju, karena ini menyangkut nyawa manusia, yang harus dijunjung tinggi penghormatannya”, kata Nur Ridwan.

Tapi menurutnya, seorang Menteri tidak perlu harus berlebihan dengan “show off” termasuk teriak-teriak dan memarahi setiap anak buahnya di depan publik, karena pada prinsipnya kesemuanya itu adalah tidak lain dari buah hasil manajemen kementerian itu sendiri, yang selama reformasi ini memang belum ada perbaikan yang signifikan.

“Lakukan saja evaluasi dan koreksi secara baik dan benar. Perbaiki dan Tingkatkan Pelayanan, yang sudah menjadi tupoksinya, publik hanya ingin melihat itu”, tegas Nur Ridwan

Karena masalah tidak akan selesai hanya dengan pencitraan marah-marah yang cuman mau dibilang sebagai pimpinan yang tegas, apalagi notabene sebelum jadi seorang Menteri pun, Pak Jonan pun berangkat dari lingkungan birokrat yang memang sudah terbiasa dengan budaya dan mental kerja model begitu.

“Dan anggap saja bahwa kejadian ini adalah bagian dari pembenahan tersebut, tanpa terkecuali bagi seorang Menteri sekalipun”, tegas Nur Ridwan lagi.

Ada yg bisa kami bantu ?...